Society and Malay Culture to Face the Challenges of the Times
Keywords:
society, malay, culture, challenge, timeAbstract
Malay society and culture encompass the entire Malay nation and culture in the archipelago, peninsula, and mainland Southeast Asia. They are united by racial and ethnic group unity, language, primordial cultural patterns, religious beliefs, and similarities in fate and level of development. The Malay tribes are now geo-politically grouped into two parts: those with their own countries and those under the rule of non-Malay groups. In the first three regions, which have become independent states since World War II, the Malays are the dominant majority group. The Malay ethnic group has many cultural heritages, including the oldest literary heritage from the 7th to the 14th century and the younger heritage preserved in around 5000-10000 ancient manuscripts. Literature is the basis of the Malay cultural tradition, containing thoughts, feelings, customs, beliefs, religious teachings, history, law, philosophy, politics, literature, astronomy, moral teachings, education, mantras, prayers, medicines, mysticism, language, buildings, plants, and the value system of past societies. The Malay community is open to the times and has a stable life due to their traditions. They rely on a sense of community, patterned from the village system and common economic and safety needs.
Abstrak
Masyarakat dan budaya Melayu mencakup seluruh bangsa dan budaya Melayu di kepulauan, semenanjung, dan daratan Asia Tenggara. Mereka disatukan oleh kesatuan ras dan kelompok etnis, bahasa, pola budaya primordial, kepercayaan agama, dan kesamaan nasib dan tingkat perkembangan. Suku-suku Melayu sekarang secara geo-politik dikelompokkan menjadi dua bagian: mereka yang memiliki negara sendiri dan mereka yang berada di bawah kekuasaan kelompok-kelompok non-Melayu. Di tiga wilayah pertama, yang telah menjadi negara merdeka sejak Perang Dunia II, suku Melayu adalah kelompok mayoritas yang dominan. Kelompok etnis Melayu memiliki banyak warisan budaya, termasuk warisan sastra tertua dari abad ke-7 hingga abad ke-14 dan warisan yang lebih muda yang tersimpan dalam sekitar 5000-10000 naskah kuno. Sastra adalah dasar dari tradisi budaya Melayu, yang berisi pemikiran, perasaan, adat istiadat, kepercayaan, ajaran agama, sejarah, hukum, filsafat, politik, kesusasteraan, astronomi, ajaran moral, pendidikan, mantra, doa, obat-obatan, mistik, bahasa, bangunan, tanaman, dan sistem nilai masyarakat masa lalu. Masyarakat Melayu terbuka terhadap perkembangan zaman dan memiliki kehidupan yang stabil karena tradisi mereka. Mereka mengandalkan rasa kebersamaan, berpola dari sistem desa dan kebutuhan ekonomi dan keamanan bersama.
References
Afria, R., & Warni. (2020). The Hermeneutic Study in Jambi Malay Phrases as a Local Genius Culture. Proceeding International Conference on Malay Identity, 1(1), 146-149. Retrieved from https://www.conference.unja.ac.id/ICMI/article/view/92
Alfian (ed.). (1985). Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Jakarta: Gramedia
Amanriza, Hasan Yunus, dan Idrus Tintin (ed.). (1985). “Pertemuan Budaya Melayu Riau”. Pekanbaru: Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Riau
Braginsky, V.L. (1998). Yang Indah, Berfaedah dan Kamal. Jakarta: Seri Inis
Karim, Maizar. (2005). Pengkajian Sastra Melayu. Jambi: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Jambi
Kleden, Ignas. (1987). “Berpikir Strategis tentang Kebudayaan”. Majalah Prisma. Maret 1987
Kleden, Ignas. (1988). Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan. Jakarta: LP#ES
Lubis, Muchtar. (1999). “Situasi Budaya Kita”. Dalam Pembebasan Budaya-budaya Kita. Jakarta: Gramedia
Osman, Mochtar. (1988). “Kesusastraan Melayu dan Corak Masyarakat dan Budayanya”. Dalam Pemikiran Sastera Nusantara. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia
Rengki Afria, Ade Kusmana, & Supian. (2021). Eksistensi Kosakata Budaya Jambi Sebagai Pemertahanan Identitas Sosial. Prosiding Seminar Nasional Humaniora, 1, 153-157. Retrieved from https://www.conference.unja.ac.id/SNH/article/view/126
Soeratno, Siti Chamamah. (1997). “Naskah Lama dan Relevansinya dengan Masa Kini: Satu Tinjauan dari Sisi Pragmatis”. Dalam Tradisi Tulis Nusantara. Jakarta: Masyarakat Pernaskahan Nusantara.
Warni, W., & Afria, R. (2019). Menelisik Kearifan Lokal Masyarakat Melayu Jambi Berbasis Cerita Rakyat dalam Membangun Peradaban. Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, 3(2), 295-313. https://doi.org/10.22437/titian.v3i2.8222
Warni, W., Afria, R. (2020). Analisis Ungkapan Tradisional Melayu Jambi: Kajian Hermeneutik. Sosial Budaya, 17(2), 83-94, http://dx.doi.org/10.24014/sb.v17i2.10585
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Warni Warni, Maizar Karim
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Proceeding International Conference on Malay Identity (ICMI) is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Penulis yang mempublikasikan manuskripnya di Proceeding International Conference on Malay Identity (ICMI) ini menyetujui ketentuan berikut:
- Hak cipta pada setiap artikel adalah milik penulis.
- Penulis mengakui bahwa Proceeding International Conference on Malay Identity (ICMI) berhak menjadi yang pertama menerbitkan dengan lisensi Creative Commons Attribution 4.0 International (Attribution 4.0 International CC BY 4.0) .
- Penulis dapat mengirimkan artikel secara terpisah, mengatur distribusi non-eksklusif manuskrip yang telah diterbitkan dalam jurnal ini ke versi lain (misalnya, dikirim ke repositori institusi penulis, publikasi ke dalam buku, dll.), dengan mengakui bahwa manuskrip telah diterbitkan pertama kali di Proceeding International Conference on Malay Identity (ICMI)